Saturday, October 10, 2009

Tadi Malam, di Malam Pemilihan Puteri Indonesia 2009

Saya ingat kalo saya sempat bikin postingan tentang Pemilihan Puteri Indonesia, kalo ga salah 2007 deh, waktu Putri Raemawasti yang menang. Saat itu, saya membahas produksinya, yang mana pas itu pindah stasiun TV, and I think that the 2007 pageant was improved compare to the previous year.

Malam ini, saya nonton lagi pemilihannya. Sekarang, sejak 2008 sudah pindah lagi ke stasiun tv yang sejak come backnya PI menjadi tempat disiarkannya tiga pageant besar, Miss Universe, Miss USA, Miss Teen USA, bahkan sempat Miss World pula. Saya tidak ingin membahas produksinya, karena ya sudahlah, saya rasa yang terbaik adalah tahun 2001 saat kembalinya PI di Indonesia. Meskipun ada perbaikan, sudahlah saya tidak akan membahas produksi.

Yang menarik adalah kontestannya. Tahun ini saya rasa yang terbaik. Beauty everywhere. Ada beberapa yang cantik dan tidak masuk 10 besar, persebarannya merata pula. Dan ya, banyak kejutan.

Kejutan pertama, bahwa Papua Barat dapat dua gelar. Ini sejarah, karena biasanya Puteri Atribut ya satu-satu. I know that the momment she know she got two tittle is the most emotional one. And how she handle it, it was awesome. Jadi ingat momen Zuleyka Rivera dan Stefania Fernandez, yang sama-sama berasal dari Venezuela, jejingkrakan bareng di panggung Miss Universe, hingga makhota Miss Universe yng baru....jatuh. Jadi inget juga, gimana kagetnya Nadine Chandrawinata pas first walknya dia. Momemn-momen inilah yang membuat sebuah pageant menjadi sangat emosional. Salute to you, Papua Barat.

Kedua, ini dia yang banyak dibicarakan di twitter, tentang wakil dari Nangroe Aceh Darussalam.

Saya selalu menonton Pemilihan Puteri Indonesia sejak 2001. Yup, called me weird, but I enjoyed the momemnt of the pageants. Dan seingat saya, sejak 2004, wakil Nangroe Aceh Darussalam selalu berkerudung. Hal itu dikarenakan berlakunya syariat Islam di sana, yang mengharuskan wanita untuk berkerudung. Pada tahun itu, wakil NAD juga mencatat prestasi dengan masuk menjadi Top Finalist, meskipun tidak menang, namun setidaknya menandakan bahwa dia masuk kategori 3B meskipun dia berkerudung. Saya akui dia cantik, sangat cantik. jawabannya pun selalu mengundang tepuk tangan. Ya, jika saja Puteri Indonesia tidak dikirim ke Miss Universe, saya yakin dia masuk ke bursa juara. Tahun selanjutnya bahkan ada dua finalis yang berkerudung, satu dari NAD dan satu lagi saya lupa dari mana dan saya semakin percaya bahwa Yayasan Puteri Indonesia memang membuka kesematan seluas-luasnya bagi remaja putri untuk berkompetisi. Salut saya bagi YPI dan PPI.

Tahun 2008, ada sesuatu yang janggal, bahwa NAD tidak mengirimkan wakilnya. Tahun itu saya rindu melihat seorang yang berkerudung di ajang ini. Beneran deh, wakil NAD selalu tidak mengecewakan. Saya pikir langkah ini benar juga. Setahu saya, jika tidak ada wakil yang dikirim melalui pemilihan daerah maka yang akan dikirim adalah hasil audisi YPI, termasuk Jakarta. Saya pikir YPI tahun itu tidak memaksakan untuk mengaudisi wakil provinsi itu. Entah apa alasan sebenarnya di balik ketidakhadiran wakil NAD.

Tadi malam, atau mungkin dimulau sejak beberapa hari sebelumnya, ketika saya mengunjungi situs Puteri Indonesia, saya kaget, benar-benar kaget. Bahwa wakil NAD tahun ini tidak berkerudung, seperti tahun-tahun sebelumnya. Awalnya saya sih tidak ambil pusing. Sampai pada saat malam final...

Sebagai anak kosan yang tidak mempunyai tv pribadi, jadilah saya menonton di ruang tamu. Saya juga online di twitter di saat yang bersamaan. Twitter rame banget malam tadi, dan sudah bisa ditebak topiknya ga jauh-jauh seputar Puteri Indonesia. Saya akhirnya tahu bahwa Qori, wakil NAD, dalah anak Al-Azhar dari twitter adik kelas saya. Nah, kehebohan terjadi ketika sang MC, Charles Bonar Sirait dan Dian Krishna, yang sebenarnya saya berharap akan menonton Susan Bachtiar dan Ferdy Hassan, mengeluarkan statement bahwa ada yang beda dengan wakil NAD tahun ini. Ya, semua orang tahu bahwa sudah beberapa tahun belakangan ini, wakil NAD selalu berkerudung. Dan dijawablah pertanyaan tersebut dengan, "Saya rasa rambut adalah makhota perempuan dan perempuan harus bangga memperlihatkannya". "Saya telah meminta izin ke pemerintah setempat untuk mewakili daerahnya". Hmmmm, jadi beneran udah izin sama Pemerintah Provinsi NAD?? Kok rancu ya. Saya kok ga lihat logical senses nya. Apalagi setelah saya baca twitter lagi dan tahu bahwa Qori sebenarnya tidak berkerudung di kesehariannya. Jadi, saya harus percaya yang mana ya.

Sebenarnya, dia bukan favorit utama saya. Saya menjagokan Sumatera Barat tadi malam. Pertama, she reminds me to Artika Sari Devi. Well, Artika punya kecantikan Indonesia dan dia berhasil masuk Top 15 Miss Universe. Tadi malam saya merasa melihat auranya di sana. Kedua, dia smart. Jawabannya singkat, padat, dan mengena. Terakhir, dia terlihat anggun. Sesi kebaya menjadi pembuktian bahwa dia memang terlihat anggun. Jadi ingat tahun lalu bahwa saya melihat hal yang sama di Zivana dan malam tadi saya melihat itu di dia. Sayangnya, dia hanya jadi First Runner-Up. Dan makhota Puteri Indonesia pun beralih ke Qori.

Nah, could YPI handle the controversies? First, of her being the NAD representative and not wearing veil and her answer of it? Second, the classic one, of PI wearing bikini in Miss Universe? We'll see. Dan saya harap YPI bisa mengahandlenya.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa dan akhirnya saya ucapkan selamat untuk Puteri Indonesia yang baru, semoga satu tahun ini anda akan menjadi banyak panutan remaja putri Indonesia.



David

Sunday, October 04, 2009

Kabar-kabar Semester 5

Ya, sekarang saya sudah semester 5, yang artinya sudah 2 tahun lebih saya menuntut ilmu di bangku kuliahan. Selama itu juga saya jauh dai keluarga, berjuang untuk hidup mandiri sebagai anak kosan, dan tentu saja belajar. Meskipun yang terakhir, sangat jarang dilakukan.

Jadi apa kabarnya semester ini?

Sepi.

Sepi karena semester ini saya hanya mengambil 11 SKS. Okey sekali lagi, 11 SKS. Saya yang biasanya mengambil 20-21 SKS tentu saja merasa sepi banget kuliahnya. Meskipun beberapa mata kuliahnya diprediksikan akan menyiksa lahir batin, fisik dan pikiran.

Semester ini saya akan berjuang untuk :

  • Analisis Kebijakan Luar Negeri (2 SKS)
  • Metode Penelitian Sosial Kuantitatif (3 SKS)
  • Kejahatan Transnasional (2 SKS)
  • Globalisasi : Isu dan Kontroversi (2 SKS)
  • Gender dan Seksualitas dalam Politik Dunia (2 SKS)
Alasan mengapa saya HANYA mengambil 11 SKS adalah karena sudah banyak mata kuliah yang saya ambil di semester-semester berikutnya, sedangkan untuk mengambil ke atas, mata kuliah semester 7, banyak yang merupakan mata kuliah dengan prasyarat atau mata kulaih lanjutan. Jadi ya itu dia yang terbaik yang bisa saya lakukan.

Meskipun, saya beruntung juga cuma ambil 11 SKS. Karena saya sedang bekerja dalam sebuah proyek super-mega-dahsyat-bombastis, SYMPHONESIA. Dan ga tanggung-tanggung saya adalah Program Directornya. Sehigga, sering saya dan Anggi, teman saya yang juga bekerja di SYMPHONESIA, bercanda bahwa 10 SKS lainnya adalah SYMPHONESIA.

Dengan itu, saya hanya akan ke kampus untuk kuliah pada hari Senin, Selasa, dan Kamis. Sisanya akan saya baktikan untuk SYMPHONESIA.




David



PS. Silakan kunjungi web SYMPHONESIA di www.symphonesia.com. SYMPHONESIA, Bandung's Greatest Event.

Friday, October 02, 2009

Coming Back Home

I already finish my trip to US in months. Yet, I've not write about it. Some of my friends had actually write about the trip.

But now, I just want to give my gratitude to these people, who make my dream comes true.

To my parents, who always believing in me, who always give me a huge support when I'm down, who already want to give everything, so I can be one of the world's most happy child. I love you, Ibu and Ayah. Always. I just don't know to express it.

To my family, who gave me support. Really appreciate that!

To Padjamada, (Pilar A. Paradewi, Nafisah R. Wulandari, Amalia N. Rizki, Arif A. Putra, and Yetty Grace), we are rocks, guys. For being brother and sisters to me. In sad and happy time. For our endless moment to make the trip. For a great two weeks. Though may you feel something about me, I thank God for having you, and I'm sorryfor my mistake. Thank you!

To my best, (Anggia Utami Dewi, Iffa Latifah Zulfa, Khairunisa, Nabila Nuruljah, R. Khairul Rahman, Gheo Eraldika) for always stand beside me in my hardest time. For balancing my life. For always give a a spirit when I'm down. And for those crazy moment that I miss when I'm in New York.

To Mr. Sony A. Nulhaqim and Miss Sendy Kristiani, our beloved lecturer. For supporting us in this project.

To H.E. Amb. Marty Natalegawa. Mr. Hassa Kleib, Mr. Triyogo Jatmiko, Mr. Candra W. Yudha, Mr. Febriyand Rudyard, Mr. Kunimin, and all Permanent Mission of the Republic of Indonesia to United Nations, New York. To giving us place to live. For the support. I always have a dream to coming back to PTRI NY as a diplomat.

To Jatmiko family. For a nice barbecue night and dinner. For being a new family for us. And for the supply of authentic Indomie. Hehehe.

To Mr. Rafael Setyo. Though we can't have a trip to VOA, to meet you is a great experience. And for the dinner...

To Christanita L. Karinda, Niki Unanto, M. Akbar, Bagas H. Yudo, and Pandu. R. Wicaksono. For believing our dream. Really appreciate you guys. Hope someday we can make a trip together.

To Adhya Widyadhana and Brivenery Primayuditha, the OCP and Director of Technical Department of Symphonesia. For letting me go for two weeks, and pending my works.

To all UNYA delegates from Indonesia. For being a new friends.

To all my friends in HI UNPAD. The experience is worth to share with you. Next trip will be with you guys, for our Practicum right?

And to all of you, that I'm not mention in this post. Thank you, thank you, thank you.

The experience is worth it.



David