Kamis kemarin, saya harus mengisi Kartu Rencana Studi untuk studi saya di semester 3. KRS yang saya isi merupakan sebuah langkah awal untuk menentukan kehidupan akademik saya selama kurang lebih enam bulan ke depan. KRS kali ini berbeda dengan KRS saya sebelumnya, karena kali ini saya mempunyai hal untuk mengambil beberapa mata kuliah tingkat atas, atau mengulang mata kuliah yang belum lulus. Suatu hal yang sebenarnya sangat saya nantikan. Menjadi mahasiswa yang memegang kendali penuh akan kehidupannya.
Beberapa hari sebelum hari itu, saya telah mendapatkan jadwal serta daftar mata kuliah wajib untuk semester 3 ini. Berdasarkan IPK saya, saya berhak untuk mengambil 21 SKS, yang artinya jika saya mengambil semua mata kuliah wajib semester ini, saya masih mempunyai sisa SKS, yang akan saya pergunakan unuk mengambil mata kuliah semester 5. Target kelulusan 3,5 tahun pun menjadi sebuah hal yang realistis, dengan mempertimbangkan semester pendek dan lain sebagainya. Rencana kuliah selama tujuh semester pun saya susun, sehingga target kelulusan saya adalah Desember 2010, Februari 2011, atau Agustus 2011.
Kamis itu saya melangkah pasti ke kampus. Sayangnya, saya disambut sebuah berita yang sangat mengejutkan, bahwa kurikulum Jurusan HI diubah. Berlaku untuk semua angkatan. Ada mata kuliah yang dikonversi. Nah, kaget dong saya. Yang ada di pikiran saya pertama kali adalah, apakah target lulus saya, yang menurut beberapa teman sangat super-duper-fantastis, akan dapat terealisasikan. Atau saya harus menunda target tersebut satu atau dua semester.
Permasalah terbesar yang dihadapi saya dan juga temen-temen HI 2007 adalah bahwa kita ketiggalan lima mata kuliah, yang setara dengan 10 SKS, di semester 2. Hal tersebut berimbas pada mata kuliah yang akan diambil di semester 4 nanti. Bagi saya pribadi, dengan merujuk pada panduan kurikulum baru, semester 4 nanti saya harus mengambil 8 mata kuliah yang setara dengan 16 SKS. Dengan mempertimbangkan, juga membayangkan, bahwa jatas SKS saya untuk semester 4 nanti adalah 21, berarti masih ada sisa 5 SKS, yang bisa didistribusikan ke 2 mata kuliah saja. Nah, di semester 6, saya harus mengambil 15 SKS, dengan asumsi yang sama dengan keadaan di atas, sisa 6 SKSnya bisa dipakai untuk mengambil 3 mata kuliah sisa yang ada di semster 2. Saya sangat berharap bahwa saya tidak harus mengulang mata kuliah di semua semester genap, karena jika tidak saya masih harus berkuliah di semester 8.
Berbeda dengan apa yang akan terjadi di semester genap, kehidupan semester ganjil saya malah bisa dibilang sangat terbantu dengan adanya konversi mata kuliah ini. Banyak dari mata kuliah semester genap merupakan mata kuliah wajib yang biasanya ada di semester 1 atau 2. Saya sudah lulus untuk semua mata kuliah semester 1 dan 2, berarti untuk semester ganjil, saya tinggal mengambil mata kuliah di semester ganjil berikutnya, atau mengambil mata kuliah pilihan. Rencananya, dengan kondisi tersebut, saya akan mengoptimalkan kegiatan non akademik saya di semseter ganjil, dan bersibuk-sibuk ria di semseter genap. Contohnya saja semester 3 ini, harusnya saya mengambil 21 SKS untuk 10 mata kuliah. Ternyata saya sudah mengambil 4 mata kuliah, di mana ada 2 mata kuliah yang merupakan mata kuliah pilihan, yang harus saya pilih salah satu saja. akhirnya saya mengambil 3 mata kuliah semseter 5, yang setara dengan 7 SKS.
Yang membedakan HI sebelum dan sesudah perubahan kurikulum ini adalah tidak adanya pembagian konsentrasi lagi. Dulu, kita, mahasiswa HI UNPAD, mengenal adanya konsentrasi Hubungan Internasional, yang harus dipilih mahasiswa pada saat semester 3. Konsentrasi ini akan berpengaruh pada judul skripsi, sebagai tugas akir akademik, yang akan dibuat. Konsentrasi yang ada adalah Ekonomi Politik Global, Politik Keamanan Global, dan Hukum Organisasi Internasional. Sebelum adanya perubahan kurikulum, konsentrasi ini membuat sebuah dilema bagi saya. Awalnya, saya akan mengambil EPG, dengan alasan konsentrasi ini sangat fleksibel dengan masalah pekerjaan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kajian keamanan juga sangat menarik. Kajian keamanan tidak hanya berputar pada masalah security pada tataran negara saja, tapi juga melauas pada ranah privat. Selain itu, banyak senior yang memberitahu saya bahwa skripsi untuk konsentrasi EPG sangat kental dengan statistik, dan ini membuat saya ngeri. Dengan tidak adanya pembagian konsentrasi ini berarti saya masih bisa mempelajari mata kuliah pilihan yang saya inginkan, dan juga bebasa menentukan topik skripsi yang nantinya akan saya ambil.
Saya yakin, jika saya tetap serius dan mempertahankan spirit kuliah yang ada, target waktu tempuh kuliah saya masih akan tetap terjaga... Doakan saja...
Beberapa hari sebelum hari itu, saya telah mendapatkan jadwal serta daftar mata kuliah wajib untuk semester 3 ini. Berdasarkan IPK saya, saya berhak untuk mengambil 21 SKS, yang artinya jika saya mengambil semua mata kuliah wajib semester ini, saya masih mempunyai sisa SKS, yang akan saya pergunakan unuk mengambil mata kuliah semester 5. Target kelulusan 3,5 tahun pun menjadi sebuah hal yang realistis, dengan mempertimbangkan semester pendek dan lain sebagainya. Rencana kuliah selama tujuh semester pun saya susun, sehingga target kelulusan saya adalah Desember 2010, Februari 2011, atau Agustus 2011.
Kamis itu saya melangkah pasti ke kampus. Sayangnya, saya disambut sebuah berita yang sangat mengejutkan, bahwa kurikulum Jurusan HI diubah. Berlaku untuk semua angkatan. Ada mata kuliah yang dikonversi. Nah, kaget dong saya. Yang ada di pikiran saya pertama kali adalah, apakah target lulus saya, yang menurut beberapa teman sangat super-duper-fantastis, akan dapat terealisasikan. Atau saya harus menunda target tersebut satu atau dua semester.
Permasalah terbesar yang dihadapi saya dan juga temen-temen HI 2007 adalah bahwa kita ketiggalan lima mata kuliah, yang setara dengan 10 SKS, di semester 2. Hal tersebut berimbas pada mata kuliah yang akan diambil di semester 4 nanti. Bagi saya pribadi, dengan merujuk pada panduan kurikulum baru, semester 4 nanti saya harus mengambil 8 mata kuliah yang setara dengan 16 SKS. Dengan mempertimbangkan, juga membayangkan, bahwa jatas SKS saya untuk semester 4 nanti adalah 21, berarti masih ada sisa 5 SKS, yang bisa didistribusikan ke 2 mata kuliah saja. Nah, di semester 6, saya harus mengambil 15 SKS, dengan asumsi yang sama dengan keadaan di atas, sisa 6 SKSnya bisa dipakai untuk mengambil 3 mata kuliah sisa yang ada di semster 2. Saya sangat berharap bahwa saya tidak harus mengulang mata kuliah di semua semester genap, karena jika tidak saya masih harus berkuliah di semester 8.
Berbeda dengan apa yang akan terjadi di semester genap, kehidupan semester ganjil saya malah bisa dibilang sangat terbantu dengan adanya konversi mata kuliah ini. Banyak dari mata kuliah semester genap merupakan mata kuliah wajib yang biasanya ada di semester 1 atau 2. Saya sudah lulus untuk semua mata kuliah semester 1 dan 2, berarti untuk semester ganjil, saya tinggal mengambil mata kuliah di semester ganjil berikutnya, atau mengambil mata kuliah pilihan. Rencananya, dengan kondisi tersebut, saya akan mengoptimalkan kegiatan non akademik saya di semseter ganjil, dan bersibuk-sibuk ria di semseter genap. Contohnya saja semester 3 ini, harusnya saya mengambil 21 SKS untuk 10 mata kuliah. Ternyata saya sudah mengambil 4 mata kuliah, di mana ada 2 mata kuliah yang merupakan mata kuliah pilihan, yang harus saya pilih salah satu saja. akhirnya saya mengambil 3 mata kuliah semseter 5, yang setara dengan 7 SKS.
Yang membedakan HI sebelum dan sesudah perubahan kurikulum ini adalah tidak adanya pembagian konsentrasi lagi. Dulu, kita, mahasiswa HI UNPAD, mengenal adanya konsentrasi Hubungan Internasional, yang harus dipilih mahasiswa pada saat semester 3. Konsentrasi ini akan berpengaruh pada judul skripsi, sebagai tugas akir akademik, yang akan dibuat. Konsentrasi yang ada adalah Ekonomi Politik Global, Politik Keamanan Global, dan Hukum Organisasi Internasional. Sebelum adanya perubahan kurikulum, konsentrasi ini membuat sebuah dilema bagi saya. Awalnya, saya akan mengambil EPG, dengan alasan konsentrasi ini sangat fleksibel dengan masalah pekerjaan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kajian keamanan juga sangat menarik. Kajian keamanan tidak hanya berputar pada masalah security pada tataran negara saja, tapi juga melauas pada ranah privat. Selain itu, banyak senior yang memberitahu saya bahwa skripsi untuk konsentrasi EPG sangat kental dengan statistik, dan ini membuat saya ngeri. Dengan tidak adanya pembagian konsentrasi ini berarti saya masih bisa mempelajari mata kuliah pilihan yang saya inginkan, dan juga bebasa menentukan topik skripsi yang nantinya akan saya ambil.
Saya yakin, jika saya tetap serius dan mempertahankan spirit kuliah yang ada, target waktu tempuh kuliah saya masih akan tetap terjaga... Doakan saja...