Selamat malam semuanya, untuk yang berada di Indonesia dan sekitarnya.
Kali ini saya sedikit super-excited dan super-pusing.
Jadi, kami-kami ini yang sudah tingkat 4, selain mempunyai kewajiban untuk segera mendaftarkan diri sebagai salah satu penstudi HI yang akan menuliskan skripsinya, di mana saya masih stuck di milih judul, ternyata juga mempunyai kewajiban yang disambut sukaria oleh semua, yaitu .... Praktikum Profesi.
Praktikum profesi seyogyanya adalah wadah bagi kami untuk mengaplikasikan apa aja yang dapat kami serap di kelas dalam sebuah kegiatan observasi lapangan. Dibawah naungan Laboratorium HI dan Jurusan HI UNPAD, kami akan mengamati serta mensimulasikan hasil observasi lapangan kami dalams sebuah pameran nantinya. Beban kreditnya juga cukup lumayan, 3 SKS. Dan pastinya semua berharap tidak mengulang, karena 'tradisinya' ini adalah acara per-angkatan.
Jadi kabar tentang praktikum ini sudah berhembus sejak akhir semester lalu. Merujuk pada praktikum sebelumnya, kami nati akan memilih destinasi, yang tentunya disesuaikan dengan banyak faktor, untuk kemudian melakukan beberapa kunjungan ke institusi yang berkaitan. Saya dan beberapa teman saya sudah mantap memilih Australia sebagai destinasi kami nantinya. Pertimbangannya, Australia itu luar negeri, relatif jauh, dan berbahasa Inggris. Bisa dibilang satu-satunya negara barat di wilayah Asia ini. Kami juga memperjuangkan agar kami bisa pergi dengan 'gaya kami', demi menekan pengeluaran, yang mudah-mudahan bisa dialokasikan ke pos lainnya, belanja mungkin.
Tapi itu cerita dulu, sebelum saya bertolak selama dua bulan di Korea. Ditunggu-tunggu kok ya belum pasti programnya, akhirnya, saat sebelum saya ke Korea, proyek kami ini dipetieskan. Berimbas pada pengeluaran selama di Negeri Gingseng, yang artinya, tidak menabung.
Angin segar datang awal minggu ini, bahwa dengan sistem praktikum baru, segala keinginan kami bisa diakomodir. Mulailah kami, yang dulunya sudah berangan-angan akan ke benua Kangguru, melelehkan lagi rencana itu. Dengan batas waktu pengumpulan hasil yang hampir dua bulan lagi, kami main-main dengan waktu.
Saudara-saudara, satu hal yang membuat ribet saat mau ke luar negeri menurut saya ada dua : tiket dan Visa. Untuk Visa Australia, saya baru saja chatting dengan teman saya yang juga ke New York bareng setahun yang lalu, menurutnya Visa Australia tidak akan seribet Visa US. Saya juga sudah survey di internet mengenai proses pembuatannya, yag mudah-mudahan tidak ribet.
Nah, jadinya masalahnya tinggal satu kan : tiket. Entah mengapa tiket ini kok ya ngeribetin banget. Direct flight dari Jakarta-Melbourne hanya dimiliki oleh Garuda Indonesia, dan harnganya lumayan, Untungnya akan ada GAFAIR 2010, yang memberikan potongan harga hampir 50%. Sayangnya, kalau memang kami niat ngejar tiket ini, kami harus sudah siap booking ... akhir minggu ini. Gosh!
Pilihan kedua adalah Qantas, yang meski beda 100 USD dengan tiket GA promo, tapi mudah-mudahan masih banyak tersedia. Oh iya, Qantas juga ga direct Melbourne, harus transit di Sydney dulu ternyata.
100 USD, satu jeans lah ya, atau support makan satu minggu. Hmmmmm.
Berburu tiket itu emang asik! Menelusuri website setiap maskapai dengan harapan ada tiket murah dengan destinasi impian. Kadang-kadang buat penyemangat saya setiap pagi.
Tapi entah mengapa, kali ini terasa ribeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet aja!
David
No comments:
Post a Comment