Sunday, October 12, 2008

Back to Basics

Lama ya saya gak posting sesuatu di blog ini. Alasan kali ini mungkin bisa dikatakan bukan alasan yang biasa saya kemukakan, males, ga ada waktu, atau mampet inspirasi. Kali ini adalah bahwa saya mudik. Ya, mudik teman-teman. Sebuah (mungkin) keharusan tradisi yang akan terus saya lakukan, mengingat kalo gak mudik lebaran, kurang dapet banget lebarannya, dan saya sangat jarang pulag ke rumah setelah saya kuliah di Bandung.

Nah, mudik kali ini bagi saya adalah mudik terpanjang yang pernah saya jalani. Tercatat dari tanggal 25 September sampe tanggal 11 Oktober saya memanfaatkan event lebaran sebagai kesempatan untuk berlibur dari rutinitas kampus yang menggila. Buktinya saya merelakan beberapa kelas yang emang mulainya nanggung banget, kelas hari Rabu kok udah mulai tanggal 8, ya lebih baik saya gunain jatah bolos lah yang sekali itu...

Apa sih yang saya kangenin di liburan kali ini? Udah pasti kangen keluarga ya... Bagaimanapun keadaannya, saya tetep kangen mereka. Kedua, kangen rumah. There's no place like home. Meskipun sekarang udah kos, dan katanya dengan tinggal di kosan, kebebasan yang kita miliki itu mutlak, tetep aja saya kangen rumah. Dengan segala aturannya yang rigid, dengan segal tradisinya, dengan kamar saya yang riweuh, dan dengan ketenangan yang bisa didapatkan jika kita berada di dalamnya. Ketiga, kangen sama Pekalongan. Meskipun cuma enam tahun, meskipun panasnya astagajingjong, meskipun ke sana berarti putus dengan semua fasilitas kota besar, tapi kota ini yang telah mendewasakan saya, telah membuat saya menjadi seorang yang lebih sederhana. Nah, yang keempat ini yang bener-bener saya ingin ceritakan disini. Saya kangen dengan makanan khas yang ada di Pekalongan. Enam tahun saya dibesarkan oleh makanan-makanan tersebut. Menjadi bagian dari keseharaian seorang David, dan beberapa diantaranya sangat sulit dicari di Bandung. Kalaupun ada, harganya bisa berkali-kali lipat.

Back to basics. Itulah tema liburan saya kali ini. Terutama kembali ke rutinitas kuliner saya. Ada beberapa makanan khas yang bener-bener jarang kalo kita mau nyari di Bandung atau kota besar lainnya. Megono, Pindang Tetel, dan Tauto. Semuanya khas Pekalongan dan jarang ada di sini. Makanya, pas liburan kemaren bener-bener deh saya ini, setiap hari berburu makanan-makanan tersebut di berbagai tempat yang emang sejak dulu bisa dibilang sebagai langganan.

Pertama, megono. Megono sebenarnya adalah makanan yang identik dengan sarapan. Kalo di Bandung sarapan khasnya adalah nasi kuning, maka di Pekalongan adalah nasi megono. Megono itu nangka muda yang dicingcang kecil-kecil, dikasih bumbu, dan dikukus. Bumbunya sih ga tau ya saya, tapi yang khas sih ada kecombrang nya, dan itu ngebuat megono sedikit pedes. Nasi megono dijual dengan range harga 500 sampe 2000 rupiah. Makanan yang khas dan murah meriah. Untungnya lebaran kedua saya udah sempat mencicipinya, di warung langganan saya..



Makanan yang kedua adalah tauto. Sebenarnya sih bisa dibilang tauto itu salah satu varian dari soto. Kamu pernah makan soto daging, soto
dengan daging sapi dan berkuah bening. Nah, asalnya tauto ya soto daging itu. Bedanya, tauto ditambah dengan saus tauco, saus mais yang berbahan dasar kacang kedelai dan gula merah. Tauco tuh kan rasa dan aromanya kuat banget tuh, makannya ini yang buat tauto menjadi sangat khas. Biasanya, tauto dimakan dengan nasi hangat atau lontong dan juga tempe goreng (mendoan, not mendoan.. you name it!). Satu porsinya dijual antara 7000 hinggan 15000 Rupiah. Lebaran kemarin, saya malah wisata tauto, dan mencicipi lebih dari satu warung. Tips makan tauto : pakailah kaos yang nyaman, bawalah tissue yang banyak, Terkadang makan tauto membuat anda berkeringat...


Makanan ketiga itu pindang tetel. Nama nasionalnya rawon. Buat yang satu ini, saya bener-bener ngidam mampus deh. Cari-cari di bandung, adanya rawon, dan itupun saya temukan di Madame Sari Dago (restoran yang berafiliasi dengan Kartika Sari). Harganya najong-najongngan, hampir 30 ribu aja gitu. Bayangkan kalo di Pekalongan, 5000 kenyang deh. Makannya, target utama saya adalah pindang tetel. Beruntung, ibu saya pengertian, dan ini adalah makanan di hari kedua saya mudik tahun ini. Oh ya, pindang tetel itu sebenernya sup daging dengan kuah hitam karena kluwak, dan kalo di Pekalongan dimakan dengan Krupuk Usek, krupuk yang digoreng dengan pasir.


Nah, makanan itu membuat saya kembali ke asal. Karena saya sudah bosan dengan masakan padang, masakan sunda, masakan pinggir jalan, hingga junk food yang tak sehat. Kembali ke asal, meski hanya sebentar dan lewat makanan, benar-benar liburan yang LIBURAN...