Showing posts with label riviewnya D. Show all posts
Showing posts with label riviewnya D. Show all posts

Monday, January 31, 2011

To Have A Million Friend, You Just Need A Few Enemies

Sound like high school, or college life, right? Itulah yang saya dapatkan setelah menonton The Social Network, sebuah film tentang awal mula Facebook, sebuah situs jejaring sosial terbesar saat ini dan bagaimana Mark Zuckenberg memulai semua hal yang menjadikannya miliuner termuda saat ini. Mark adalah tipikal anak kuliahan yang berusaha untuk mendapatkan status sosialnya di kampus, kecuali kampusnya adalah Harvard, one of the old and prestigious college in the world, di mana row crew, kelompok persaudaraan, dan club-club tertentu adalah puncak dari status sosial di sana. Tidak ada yang akan melirik seorang kutu buku, kecuali kutu buku tersebut membuat sesuatu yang akan menggemparkan Harvard, bahkan dunia. Dan Mark melakukan segalanya.

Percaya atau tidak, status sosial ternyata tidak hanya terjadi di Amerika Serikat sana, namun juga di Indonesia, dan mungkin di universitas manapun di dunia ini. Coba lihat lagi keadaan kampusmu. Adakah yang disebut kehidupan harmoni di mana kampus tidak terpecah menjadi kelompok-kelompok? Adakah kampus yang tidak menjadikan dengan siapa seseorang berteman sebuah hal yang penting? Atau, adakah kampus yang menganggap bahwa kehidupan sosial hanyalah sebuah ironi belaka yang harusnya sudah masuk peti es peradaban karena kampus adalah institusi pendidikan? Mau tak mau, saya harus menjawab dengan lantang bahwa kehiupan sosial seseorang di kampusnya memang didorong oleh semua hal tersebut, teman, kelompok, geng, apapun kamu menyebutnya yang akan memberikan kamu status sosial di dalam kehidupan sosial yang sangat kompleks di masa kuliahmu.

Mulai setuju dengan saya, atau malah berbeda pendapat? Mari kita lanjutkan.

Zuckeberg memang pada akhirnya menjadi terkenal, sebagai penemu Facebook, sebagai miliuner dunia, tapi ternyata di balik kesuksesannya mencapai status sosial yang luar biasa, dia membuat ‘perang’ dengan beberapa orang, yang sayangnya mungkin dulunya adalah teman baiknya ketika dia masih dikategorikan sebagai seseorang yang cupu. Dia akhirnya harus menghadapi dua tuntutan hukum. Yang pertama adalah tuntutan dari the Winkenvlosses dan Narendra tetang kemungkinan bahwa Facebook dibangun atas dasar ide HarvardConnection, yang mana sedang dikembangkan oleh mereka dan Zuckenberg bersedia untuk membantu. Yang kedua, yang juga sebuah ironi menurut saya, adalah tuntutan dari Eduardo Saverin, sahabat/teman dekat/CFO/co-founder Facebook atas pengubahan ownership yang dimilikinya, yang menurut saya adalah sebuah keputusan bisnis yang sangat-sangat salah yang dilakukan oleh Saverin sendiri. Jika dilihat, Zuckenberg akhirnya berkonfrontasi. Dengan orang-orang yang mungkin sudah ditakdirkan untuk berseberangan dengannya, Winkenvlosses dan Narendra, serta dengan orang yang sebenarnya berada dalam lingkaran dalam kehidupan sosial Zuckenberg. Saverin adalah pemodal Facebook pertama yang juga teman dekat Zuckenberg. Bisa dikatakan keduanya bersahabat hingga akhirnya masalah uang juga yang memisahkannya.

Sound so college life, right? Kita mungkin mempunyai orang-orang yang memang sudah dari awalnya tidak akan cocok dengan kita. Kita juga menghadapi orang-orang yang berada di posisi netral, dalam artian ada di sana, mengenanlnya, namun hanya sebatas itu. Kita juga mempunyai orang-orang yang sangat dekat, secara personal. Namun, terkadang manuver tajam harus diambil dalam kehidupan sosial di kampus. Mungkin orang-orang yag bersebrangan dengan kita ada di posisi puncak jaringan sosial kampus. Mungkin mereka yang netral sebenarnya orang yang akan menghargai dan menerima kita apa adanya hingga tiba masanya kita meninggalkan kampus. Mungkin yang pada awalnya berada dalam lingkaran dalam kehidupan sosial kita sebenarnya mempunyai agenda lain, atau bahkan kita yang ternyata mempunyai agenda lain dibaliknya. Siapa yang tahu. Kehidupan kuliah itu brutal, penuh intrik, basa-basi, sikut sana-sikut sini, tapi juga berarti sejuta kemungkinan mendapatkan orang-orang terbaik dalam hidupmu. Mau tak mau, suka tak suka, yang awalnya mungkin kamu mempunyai idealisme menjadikan kampus hanya ssebagai tempat belajar, akhirnya menyerah kepada keadaan bahwa status sosial adalah segalanya. Jika tidak, kita sudah tahu akan menjadi siapa, kita akan tetap menjadi dia yang tidak dikenal, dia yang hanya akan berdiri di pojok, dia yang mungkin hanya akan menyantap makan siangnya sendirian.

Tapi, saya juga tidak seratus persen setuju dengan sistem sosial yang ada. Terkadang, sistem sosial ini malah membatasi interaksi yang ada. Kamu hanya berkutat di satu putaran saja, tidak berkembang. Ketika kamu akan mulai mengembangkan jaringan, kamu malah akan dianggap akan mulai pindah haluan. Kamu yang berada di puncak sana akan menjaga reputasi sebersih mungkin, demi posisi. Kamu yang tidak dikenal berusaha membentuk reputasi. Brutal, sadis. Yang mungkin seharusnya terjadi adalah sebuah sistem yang saling harmoni, dalam artian dinamika pertemanan yang terus berputar meskipun memang kamu hanya akan berpusat pada satu titik saja. Berteman bisa dengan siapa saja, tapi dalam memilih sahabat tentu kamu harus sangat selektif. Ada perbedaan besar antara teman dengan sahabat. Tidak usahlah saya lanjutkan apa itu teman dan apa itu sahabat, karena saya yakin kamu semua sudah tahu jawabannya.

Beruntunglah saya. Di tempat saya sekarang menuntut ilmu, sistem yang ada bisa dibilang adalah sistem sosial yang saya bayangkan mengenai kehidupan kampus. Kami memiliki kelompok-kelompok sendiri untuk berinteraksi, tapi bukan berarti juga kami tertutup dengan yang lainnya. Saya masih bisa nonton bioskop dengan teman-teman yang biasanya tidak nongkrong bareng, teman saya pun masih dengan bebas main futsal satu angkatan. Kami profesional, ketika sudah terkait dengan kuliah dan kerjaan lainnya. Kami dapat membagi mana yang privat dan publik. Sehingga, kami tahu pasti bahwa privat harus diselesaikan dengan privat juga, begitu juga dengan urusan publik.

Mungkin, yang harus dicatat adalah sebuah konsep yang menurut saya sangat manusiawi, lawan. Saya tidak mau munafik dengan berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Saya pernah berada di posisi memiliki lawan, saingan, atau apapun kamu menyebutnya. Namun, lambat laun saya mengerti, bahwa hakikatnya lawan hanyalah mereka yang berbeda cara pandang dengan kita, meski objek yang dipandang adalah sama. Perspektif. Dan beruntunglah saya bahwa jurusan saya mengajarkan banyak perspektif, yang ternyata membawa banyak juga pelajaran hidup. Dari sana kami berpendapat bahwa perbedaan yang ada bukan untuk ditonjolkan. Hal terebut hanyalah sebuah alternatif lain dari memandang sesuatu, dan akhirnya bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan.

Pada titik ini, saya mulai dapat melihat sebuah titik terang. Tidak perlu menjadi Zuckenberg yang akhirnya harus berhadapan dengan teman dekatnya sendiri di mata hukum, demi mendapatkan jutaan teman lainnya. Yang dibutuhkan adalah mejadikan mereka yang berada di dalam sistem sosial kita sebagai TEMAN, dan mencari beberapa SAHABAT. Dan saya pun akhirnya harus bersyukur, bahwa the entire experience of my college years is not a Facebook experience, in Mark perspective. He need to make a few enemies, to gain a million friends. In my Facebook experience, I can add a thousand people, as friends, but I can share my life, this white, black and grey experience, with a few, certain, intimate friends, who I called them, my bestfriends.

Setitik Memori di Berjuta Keping Kenangan

Saya baru saja selesai menonton Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Sebuah film yang menurut saya sangat, sangat bagus. Entah kenapa saya baru menontonnya sekarang, padahal film ini sempat masuk nominasi Academy Awards, yang berarti seharusnya sudah saya tonton berulang kali hingga saya tidak ingin menontonnya lagi. Film ini bercerita tentang seseorang yang ingin menghilangkan memorinya, menghilangkan setitik kenangan tentang sesuatu yang spesifik, hingga dia dapat bangun dari tidur dan menganggap bahwa hal tersebut tidak pernah terjadi. Ironis, dan futuristis, meskipun saya tidak yakin bahwa hal semacam itu bisa dilakukan. Siapa pula yang pernah terlintas dalam akal sehatnya bahwa amnesia adalah sesuatu yang diinginkan dalam hidupnya, meski amnesia itu parsial.

Namun selama kurang lebih seratus menit, saya diajak untuk berpikir, jika memang hal semacam itu memungkinkan untuk dilakukan, adakah satu kenangan dalam hidup saya yang ingin saya hapuskan? Adakah seseorang, yang untuk alasan tertentu, tidak ingin saya ingat pernah menjadi bagian dari hidup saya? Dan mulailah saya untuk merenungi setiap kejadian, pencapaian, kegagalan, hingga orang-orang yang selama ini ada di kehidupan saya.

Mungkin jika diibaratkan memori komputer, otak manusia adalah super hard-disk yang bisa menyimpan entah berapa besar kenangan, dari hal paing sepele hingga hal-hal besar yang mendefinisikan hidup kita. Dalam memori super canggih bernama otak ini, saya mungkin menemukan beberapa hal yang memalukan hingga membanggakan, orang-orang yang saya kenal dan menjadi bagian hidup saya hingga orang-orang yang demi Tuhan ingin saya lupakan. Entah sudah berapa banyak yang saya ingat, namun entah sudah beberapa titik juga saya ragu untuk melupakan sesuatu dari ingatan saya. Memori, entah mengapa, selalu datang dan pergi, selalu ada di saat kita tidak ingin mengingat, dan terkadang hilang ketika dibutuhkan. Namun dia selalu ada di sana, siap untuk mengakses dirinya kapan saja.

Saya bersyukur bahwa dalam usia saya yang akan mencapai 22 bulan depan, banyak kenangan indah yang saya sendiripun masih bisa tersenyum, tertawa, hingga meneteskan air mata haru ketika mengingatnya kembali. Hidup saya terlalu berwarna, pencapaian yang saya lakukan telah menembus batas imajinasi saya akan hidup ini. Ada pula hal-hal sedih, menyesakkan, keterlaluan yang tidak ingin saya ingat kembali. Terlalu sedih, muram, menjengkelkan untuk dikenang. Namun, hey, bukankah hidup tidak selalu senang dan momen-momen yang bisa saya kategorikan titik terendah hidup ini juga merupakan momen yang membentuk hidup?
Di titik perenungan tersebut saya pun sadar, bahwa Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya dan saya bersyukur untuk itu. Memori pahit yang ada pada otak saya ternyata bisa saya lalui dengan baik. Saya pun melihat kembali saya sekarang, di mana saya bahagia dengan hari ini dan terus menggapai bahagia di masa depan. Memori ada untuk menjadi pengingat, pembatas waktu begitu banyak momen hidup, hingga saya bisa bersyukur dengan apa yang terjadi hari ini dan yang akan datang.

Di era teknologi yang serba canggih ini, di mana memori dapat berceceran di berbagai keping-keping memori digital, sudah sepatutnya kita menjadikan masa lalu sebagai motivasi, untuk terus mejadi yang terbaik. Hidup tidak selalu sempurna, dan tidak selalu tidak sempurna. Sempurna adalah bagaimana cara kita memandang hidup sebagai sebuah anugrah.

Pada akhirnya, memori juga berhubungan paralel dengan hati, sekuat apapun keinginan saya untuk menghapuskan ingatan, hati selalu berbicara lain. Dan itulah indahnya hidup yang sebenarnya. Biarkan saja Joel dan Clementine yang menjalankan prosedur tersebut, karena pada akhirnya, seperti judul film itu, akan ada satu titik di memori kita yang menjadi kenangan yang entah bagaimanapun juga akan selalu ada di sana dan menjadi penanda siapa kita sebenarnya.

Monday, January 11, 2010

Saya, 24 Jam Terakhir

Dimulai dari jam 6 AM, 10 Januari 2010

  • 6 A.M -- Masih tidur
  • 7 A.M -- Bangun, ngulet-ngulet, morning ritual, bikin kopi, online
  • 8 A.M -- Masih online
  • 9 A.M -- Gabut ga jelas, mati lampu, beresin kamar
  • 10 A.M -- Lampu nyala, laper, bikin oatmeal, online lagi
  • 11 A.M -- Onlineeee terus
  • 12 A.M -- Mulai laper
  • 1 P.M -- Males keluar cari makan, secara belum mandi, online sambil baca novel
  • 2 P.M -- Tambah laper, sms delivery, sadar pulsa abis, ga ada yang buka tukang pulsanya, sms nyokap
  • 3 P.M -- Makanan dateng, kenyang, mandi deh
  • 4 P.M -- Ke Gheo
  • 5 P.M -- Bergossip, hahahihi
  • 6 P.M -- Liat video-video di laptop Gheo, Iffa ngenet
  • 7 P.M -- Laper, pesen nasi goreng mas coy
  • 8 P.M -- Pulang Kosan
  • 9 P.M -- Niat mau tidur, ga bisa tidur
  • 10 P.M -- Nonton The Island di Trans
  • 11 P.M -- Baru selesai, masuk kamar, nyalain laptop
  • 12 P.M -- Mulai nyadar kalo insomnia
  • 1 A.M -- Ngirim wall FB, bikin koneksi di LinkedIn
  • 2 A.M -- Browsing summer program
  • 3 A.M -- Browsing summer program, tapi mulai realistis
  • 4 A.M -- Mulai cape cari beasiswa, ngeadd anak UNYA di FB, liat-liat foto, semakin pengen ke luar lagi
  • 5 A.M -- Kangen SYMPHONESIA, googling
  • 6 A.M -- Update blog
Edan, edan tenan. Hidup gue sangat sangat sangat tidak produktif ya 24 jam ini. Dan sekarang udah mulai ngantuuuuk aja.

Tidur enak nih kayaknya.




David
Pikiran-Perut-Tenaga-setengahsadar

Saturday, October 10, 2009

Tadi Malam, di Malam Pemilihan Puteri Indonesia 2009

Saya ingat kalo saya sempat bikin postingan tentang Pemilihan Puteri Indonesia, kalo ga salah 2007 deh, waktu Putri Raemawasti yang menang. Saat itu, saya membahas produksinya, yang mana pas itu pindah stasiun TV, and I think that the 2007 pageant was improved compare to the previous year.

Malam ini, saya nonton lagi pemilihannya. Sekarang, sejak 2008 sudah pindah lagi ke stasiun tv yang sejak come backnya PI menjadi tempat disiarkannya tiga pageant besar, Miss Universe, Miss USA, Miss Teen USA, bahkan sempat Miss World pula. Saya tidak ingin membahas produksinya, karena ya sudahlah, saya rasa yang terbaik adalah tahun 2001 saat kembalinya PI di Indonesia. Meskipun ada perbaikan, sudahlah saya tidak akan membahas produksi.

Yang menarik adalah kontestannya. Tahun ini saya rasa yang terbaik. Beauty everywhere. Ada beberapa yang cantik dan tidak masuk 10 besar, persebarannya merata pula. Dan ya, banyak kejutan.

Kejutan pertama, bahwa Papua Barat dapat dua gelar. Ini sejarah, karena biasanya Puteri Atribut ya satu-satu. I know that the momment she know she got two tittle is the most emotional one. And how she handle it, it was awesome. Jadi ingat momen Zuleyka Rivera dan Stefania Fernandez, yang sama-sama berasal dari Venezuela, jejingkrakan bareng di panggung Miss Universe, hingga makhota Miss Universe yng baru....jatuh. Jadi inget juga, gimana kagetnya Nadine Chandrawinata pas first walknya dia. Momemn-momen inilah yang membuat sebuah pageant menjadi sangat emosional. Salute to you, Papua Barat.

Kedua, ini dia yang banyak dibicarakan di twitter, tentang wakil dari Nangroe Aceh Darussalam.

Saya selalu menonton Pemilihan Puteri Indonesia sejak 2001. Yup, called me weird, but I enjoyed the momemnt of the pageants. Dan seingat saya, sejak 2004, wakil Nangroe Aceh Darussalam selalu berkerudung. Hal itu dikarenakan berlakunya syariat Islam di sana, yang mengharuskan wanita untuk berkerudung. Pada tahun itu, wakil NAD juga mencatat prestasi dengan masuk menjadi Top Finalist, meskipun tidak menang, namun setidaknya menandakan bahwa dia masuk kategori 3B meskipun dia berkerudung. Saya akui dia cantik, sangat cantik. jawabannya pun selalu mengundang tepuk tangan. Ya, jika saja Puteri Indonesia tidak dikirim ke Miss Universe, saya yakin dia masuk ke bursa juara. Tahun selanjutnya bahkan ada dua finalis yang berkerudung, satu dari NAD dan satu lagi saya lupa dari mana dan saya semakin percaya bahwa Yayasan Puteri Indonesia memang membuka kesematan seluas-luasnya bagi remaja putri untuk berkompetisi. Salut saya bagi YPI dan PPI.

Tahun 2008, ada sesuatu yang janggal, bahwa NAD tidak mengirimkan wakilnya. Tahun itu saya rindu melihat seorang yang berkerudung di ajang ini. Beneran deh, wakil NAD selalu tidak mengecewakan. Saya pikir langkah ini benar juga. Setahu saya, jika tidak ada wakil yang dikirim melalui pemilihan daerah maka yang akan dikirim adalah hasil audisi YPI, termasuk Jakarta. Saya pikir YPI tahun itu tidak memaksakan untuk mengaudisi wakil provinsi itu. Entah apa alasan sebenarnya di balik ketidakhadiran wakil NAD.

Tadi malam, atau mungkin dimulau sejak beberapa hari sebelumnya, ketika saya mengunjungi situs Puteri Indonesia, saya kaget, benar-benar kaget. Bahwa wakil NAD tahun ini tidak berkerudung, seperti tahun-tahun sebelumnya. Awalnya saya sih tidak ambil pusing. Sampai pada saat malam final...

Sebagai anak kosan yang tidak mempunyai tv pribadi, jadilah saya menonton di ruang tamu. Saya juga online di twitter di saat yang bersamaan. Twitter rame banget malam tadi, dan sudah bisa ditebak topiknya ga jauh-jauh seputar Puteri Indonesia. Saya akhirnya tahu bahwa Qori, wakil NAD, dalah anak Al-Azhar dari twitter adik kelas saya. Nah, kehebohan terjadi ketika sang MC, Charles Bonar Sirait dan Dian Krishna, yang sebenarnya saya berharap akan menonton Susan Bachtiar dan Ferdy Hassan, mengeluarkan statement bahwa ada yang beda dengan wakil NAD tahun ini. Ya, semua orang tahu bahwa sudah beberapa tahun belakangan ini, wakil NAD selalu berkerudung. Dan dijawablah pertanyaan tersebut dengan, "Saya rasa rambut adalah makhota perempuan dan perempuan harus bangga memperlihatkannya". "Saya telah meminta izin ke pemerintah setempat untuk mewakili daerahnya". Hmmmm, jadi beneran udah izin sama Pemerintah Provinsi NAD?? Kok rancu ya. Saya kok ga lihat logical senses nya. Apalagi setelah saya baca twitter lagi dan tahu bahwa Qori sebenarnya tidak berkerudung di kesehariannya. Jadi, saya harus percaya yang mana ya.

Sebenarnya, dia bukan favorit utama saya. Saya menjagokan Sumatera Barat tadi malam. Pertama, she reminds me to Artika Sari Devi. Well, Artika punya kecantikan Indonesia dan dia berhasil masuk Top 15 Miss Universe. Tadi malam saya merasa melihat auranya di sana. Kedua, dia smart. Jawabannya singkat, padat, dan mengena. Terakhir, dia terlihat anggun. Sesi kebaya menjadi pembuktian bahwa dia memang terlihat anggun. Jadi ingat tahun lalu bahwa saya melihat hal yang sama di Zivana dan malam tadi saya melihat itu di dia. Sayangnya, dia hanya jadi First Runner-Up. Dan makhota Puteri Indonesia pun beralih ke Qori.

Nah, could YPI handle the controversies? First, of her being the NAD representative and not wearing veil and her answer of it? Second, the classic one, of PI wearing bikini in Miss Universe? We'll see. Dan saya harap YPI bisa mengahandlenya.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa dan akhirnya saya ucapkan selamat untuk Puteri Indonesia yang baru, semoga satu tahun ini anda akan menjadi banyak panutan remaja putri Indonesia.



David

Tuesday, February 10, 2009

Berdamai dengan Masa Lalu...

Mungkin posting ini akan menjawab sebuah pertanyaan sebagai berikut : Pernakah kamu berdamai dengan masa lalu? Mengapa kita berdamai dengan masa lalu? Bagaimana jika kita tidak memilih untuk berdamai? Bagiamana caranya kita berdamai dengan masa lalu, meskipun itu menyakitkan?

Semua pertanyaan tersebut saya dapatkan setelah menonton film Claudia Jasmine. Dan bagi kamu yang mendapatkan pertanyaan itu sekarang, dan belum menonton filmnya, saya sarankan untuk menonton. Claudia Jasmine, sebuah film Indonesia yang menurut saya berbeda dengan film Indonesia pada umumnya. Saya tahu ini film layar lebar, dan pernah diputar di jaringan 21. Namun, saat itu selain tidak ada waktu, saya pun masih ragu-ragu untuk nonton film Indonesia yang satu ini. Tahu kan kalo film Indonesia jarang ada yang menggigit. Apalagi ketika liat line up nya, Nino Fernandez, Andhika Pratama, Kinaryosih, dan Kirana Larasati. Saat itu, saya masih menjudge film berdasarkan pemainnya. Saya akui itu. Prinsip saya, tonton semua film Dian Sastro dan Nicholas Saputra, and the rest can wait. Tapi sekarang, saya sudah, mungkin, lebih terbuka. Toh, banyak juga film bagus dengan pemain selain Nico dan Dian.

Nah, Claudia Jasmine sendiri dibuka dengan cerita dua orang yang berbeda, Claudia (Kirana Larasati) dan Jasmine (Kinaryosih). Yang satunya masih SMA, yang satunya udah jadi SPG. Awalnya sih diceritain gimana si Claudia itu dan Jasmine, with their own life. Hingga sebuah titik dimana Claudia hamil karena pacaranya (Andhika Pratama) dan Jasmine dilamar oleh pacarnya (Nino Fernandez), yang akhirnya ditolak dengan sebuah alasan ...

... bahwa Jasmine yang sekaranga adalah Claudia di masa lalu. Setelah mengaborsi kandungannya, Claudia dan keluarganya memutuskan pindah ke Jakarta dan menggunakan nama belakangnya, Jasmine. Jasmine, yang selalu meminum kopi hitam pahit, merasa bahwa masa lalu selalu mengikutinya, dan dia tidak bisa mempunyai masa depan yang diinginkannya karena apa yang telah terjadi. Hal itu juga yang menjadi alasan mengapa lamaran itu ditolak.

Namun, diakhir film, lamaran pacarnya diterima, dengan sebuah proses berdamai dengan masa lalu. Jasmine akhirnya menerima masa lalunya sebagai sebuah bagian dalam hidupnya. Toh, masa lalu tidak dapat diubah, itu sudah terjadi, namun bagaimana kita menghadapinya itu yang penting. Selain itu, ada juga cerita tentang teman SMA nya, yang sudah kuliah di Jerman, yang ingin melamar Jasmine, namun diurungkan niatnya karena tahu Jasmine hanya menganggapnya saudara. Ini juga salah satu bentuk berdamain, namun berdamai dengan kenyataan, yang harusnnya udah diketahui dari masa lalu.

Anyway, berdamai dengan masa lalu memang ga gampang. Butuh proses, kadang cukup dengan beberapa hari, kadang itu memakan waktu bertahun-tahun. Belum lagi segala daya upaya untuk menjadikan masa lalu itu bukan mimpi buruk. Banyak orang biasanya memilih untuk mengganti rutinitas, hal-hal yang bisa mengaitkannya dengan kejadian tertentu. Atau hanya membutuhkan perenungan sebentar saja lalu, wusss, masa lalu itu hilang seperti ada peri baik hati yang menggoyangkan tongkatnya.

Namun, apapun itu caranya, berapapun waktu yang dibutuhkan, dan seberapa beratnya proses itu harus kita lalui, berdamai dengan masa lalu itu penting. Bagaimana bisa kita menatap masa depan dengan optimis jika dalam diri kita masih ada bayangan kelam dari hari kemarin? Bukan maksud untuk menghilangkan masa lalu dalam kehidupan seseorang, namun bukankah masa lalu itu untuk dikenang, dan bukan untuk ditakuti? Mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi sehingga tidak terulang lagi? Dan untuk apa itu semua, selain untung hidup tenang, tentu saja untuk sebuah masa depan yang lebih baik. Iya kan?

Lalu, bagaimana caranya untuk berdamai dengan masa lalu? Bagi saya, yang kadang belum bisa deal with the problem, mulailah dari hal simpel, seperti memaafkan. Ya, maaf adalah obat yang mujarab untuk menekan emosi. Saya percaya ketika kita emosi, salah satu hal yang menjadi 'the anger button' adalah masa lalu. Sekali masalah itu dibahas, jadinya bisa panjang. Tapi coba kalau kita sudah memaafkan apa yang terjadi, memaafkan orangnya, memaafkan tempatnya, memaafkan kejadiannya, hingga memaafkan diri sendiri. Kadangkala apa yang terjadi di masa lalu itu karena diri kita sendiri kan. C'mon guys, be a saint by forgive them. Toh, memaafkan adalah salah satu kebaikan juga. Hingga akhirnya, ketika kamu sudah bisa memaafkan, ketika masa lalu jadi pembicaraan, kamu sudah bisa tersenyum menghadapinya.

Saya akui, saya juga pernah, dan kayaknya juga masih, bermasalah dengan masa lalu. Ada beberapa bagian masa lalu yang belum bisa termaafkan. Toh, proses itu masih jalan kok bagi saya. Dan untuk bagian masa lalu yang sudah termaafkan, hidup rasanya sedikit ringan. Karena pada dasarnya dalam hidup kita akan mengalami masalah kan, yang mana akan membuat hidup berat, dan teorinya semakin lama hidup dan semakin panjang usia kita, semakin banyak masalah yang akan dihadapi kan?

Makannya, mulailah memaafkan, dan berdamai...




Something Inside,
David.

Saturday, August 04, 2007

Congratulation, Jawa Timur.....You're Miss Indonesia Universe 2007...

Well, sebelum postingan resmi saya mengenai SPMB (yupz!!!), gue dengan bangga dan gendengnya mau ngereview PPI 2007.....

Dan yang ada dalam pikiran gue tadi
malem adalah, wow AMAZING.... Sempet under estimate sama SCTV, secara AMI aja ancur, but last night they make that very well...

Opening scenenya oke, setipe lah sama MU 07, national ostumes gitu.... Kalo secara shoot sih bagus dulu pas di Indosiar, taunnya Nadine, bajunya juga b
agus dulu... Tapi ini gak bertele-tele kayak taun kemaren!!!

Opening Dance, paling keren deh daripada yang dulu-dulu.... Ini koreografi paling okkkeeehhhh dehhhhh..... Jai gak lama, dan tuh finalis serasa model.... Tapi kok agak ganggu ya VO nya..... Taun depan ilangin deh..... nah, Ferdi Hassan ma Nadya tuh ngapain coba muncul, gak ngomong, terus balik lagi....

Night Gown Presentation, keren juga, gak kayak taun kemaren yang lama sangaddd, sampe Oom Christopher ngulang nyanyi terus... taun ini udh diantisipasi dengan lagu yang mid but still classy, juga jeda tengah yang baik... Salut buat kang Yovie....

National Gown Top 5, nah ini masalah klasik.... Musiknya sih oke.... Pungky yang nyanyi....Cuma gak ribet tuh finalisnya.... Gue sangka Jateng bakal kesrimbet and jatuh......

National Gown Top 3, gorrrrjessssss!!!!!

Buat panggung, udah top dah.... gak ribet and international taste...... Musik OK.... Cuma lighting kali yang perlu lagi, biar drama banget gitu...

Dan akhirnya, setelah pageant yang bejibun iklnannya, and ampe tengah malem....

Congratulation buat Putri Raema
wasti, Jawa Timur....




Kamu adalah Puteri Indonesia 2007.....

Jangan buat kami maludi Miss Universe...

Be te we, tadi malem ada lagu theme nya PPI ya....

Wednesday, June 20, 2007

JHON TUCKER MUST DIE!!! And I have my own version...

Yup, akhirnya gue lulus juga ya..... Setelah tiga tahun (mencoba) bertahan di SMA. Setelah sebulanan penantian dan doa tanpa henti, akhirnya I'm officially a pengacara (a.k.a pengangguran banyak acara)... Hahahahah.....

But, in this post, I won't to talk about UN anymore.

So, let's make a talk about a film that I have seen it last week....

Ladies and gentlemen, I'm proudly present to all of you, JHON TUCKER MUST DIE.

Ceritanya sih tentang buaya darat yang ngetigain cewek gitu (yup, ngeduain jadi serasa normal aja gitu!). Yang dibuat mainan si Tucker tuh bukan cewek sembanrangan lagi. Ada yang produser TV sekolah, kapten cheers, dan aktivis lingkungan yang vegetarian. Jadi, akhirnya tuh cewek tiga ini tau kalo ditigain and mereka mau ngebales si Tucker......dengan seorang cewek yang menurut mereka bertiga tuh"gak-akan-terlewatka-oleh-buaya-kayak-Tucker", and it did. But, at the end the girl started to falling in love with the boy. Jadinya semua impas aja gitu di akhir.

Yang main sih, gue gak tau pasti, palingan yang kenal Sophia Bush ama Ashanti aja. Yang cowoknya mah blank abis, tapi kayaknya gue pernah liat. Kocaknya nih film tuh adegan-adegannya yang sumpah.....mules abis. Masak ada scene dimana si Jhon disuruh pake Gstring.... What the f**k?

Anehnya lagi, ada satu momen di kehidupan nyata gue yang sama kayakfilm itu....

Well, I'm at Junior High at that time. Dulu tuh, pas mau kelas tiga SMP, gue ikut Jambore Daerah Jawa Tengah, dan gue adalah Pradana Kwarcabnya, ya ketua kontingen putranya lah. Jabatan gue kan tinggi tuh!!!

Pas itu, ada satu cewek yang ngegemesin bgt!!!! STD anak SMP lah... Gue dan dua orang temen gue yang sama-sama gebleknya, Aji and Diko, dideketin ama tuh cewek, dianya mau pdkt gitu.... Dan diantara kita bertiga yang udah punya cewek is Aji, so abis dia tau Aji bebas deh dari godaan. Ceweknya Aji sempet cemburu lo......

Jadilah gue and Diko yang jadi sasarannya.... Akhirnya karena katanya gue gak bereaksi cepat, jadilah si Diko dengan dia.... Gue rela..... Cuma ada gelagat gak enak gitu, Diko kayak dimanfaatin aja.....

Well, pikiran gue bener, beberapa bulan abis balik dari Jamda, Diko ribut2x gitu ama dia.... And Diko, sebagai seorang player, di kadalin juga, She actually with someone else.... So, kita, I mean gue and dua manusia geblek, berencana buatnyadarin dia...... Kita, atas nama Diko, mau ngasig kaset yang kompilasi Broken Heart gitu, but kita kasih garis bawah di lirik yang menurut kita, dia banget....

But, tuh kasetgak jadi dikasihin dia, so kita kasih ke our guardian angel, Gulun.... HAHAHHAHAH


Dan gak kayak film itu, kita gagal menyadarkan seseorang....


Bye....

Wednesday, April 11, 2007

Keluarga Cemara

Well, I'm back....

Hei, what's up???? Gini nih kalo lagi stress. Sebenernya mah, gue udah janji ama diri gue sendiri untuk gak ngepost dulu, karena mau UN. Tapi gimana lagi, membaca saja sulit (HAH!!)... Ya gak lah,I mean I must take a little rest, and blogging is one of them...

Well, gue mau ngomongin Keluarga Cemara kali ini. Bagi lo semua yang seuumuran ama gue, 17-18 lah, Keluarga Cemara udah jadi sebuah kenangan bagi kita semua. Yup, dulu pas SD, gue tuh sempet bela-belain untuk selalu stay tuned buat KC.

Well, KC it's one of the best TV drama in Indonesia ever after, beside Dunia Tanpa Koma and Jomblo.... KC bring to us the reality in our beloved country, Indonesia. Kemiskinan, kesenjangan, beratnya hidup, dll. But, the great thing is we can still make a light smile after we watch this one. Gak kayak TV drama sekarang, yang malah bikin kita mau enek kalo nonton.... And KC tuh gak bertele-tele...

KC is about Cemara Family, that consist Abah, Emak, Euis, Ara , and Agil. Abah is a becak driver, when Emak is a housewife. They, in once time, is a rich family. KC is also give to us a stereotype of Indonesian rich fam, tante Iyos and Pipit, that always think that money is everything.

One of the great episode is when Abah asked by tante Iyos to make a litle park in her house, then Abah also made a simple one for his famiily. His family park attract his neighbor and tante Iyos and Pipit became jealous....

Sebenernya, tontonan kayak gini nih yang dibutuhin orang Indonesia. Bukan sinetron yang cuma ngandelin tangisan tanpa sebab, misteri gak karuan, eksploutasi azab, kehidupan gaul kota, dll. We need something like kC, yang mana mengajari kita tentang hidup, tanpa terkesan menggurui....

Bubye...

And wish me luck for the UN...

Wass...

David