Sunday, January 20, 2008

Sahabat, Teman, atau apasajalahitunamanya



Current listen : We Are Family (Dreamgirls Soundtrack)


Tergelitik untuk membuat tulisan ini setelah beberapa malam yang lalu seorang temen sms saya ketika saya lagi berusaha keras untuk tidur. Insomnia yang sering kambuh akhir-akhir ini memang sudah tidak bisa ditolerir lagi, jadi saya memilih untuk tidur cepat. Di saat mata ini lagi berusaha banget buat merem, otak udah prepare buat sleep-mode, eh ternyata ada SMS masuk. Bangun, untuk melihat SMS siapakah itu. Takutnya orang rumah yang SMS.

Ternyata SMS itu dari seorang teman saya, baru kenal ketika saya mulai kuliah. SMS nya isinya Friend Test. Bukan, ini bukan semacam Friend Test yang ada di Friendster. Dia ngajuin pertanyaan seputar kapan pertama kali ketemu dia, first impression, sifat dia, dan apa saran buat dia. Akhirnya, saya cepat-cepat membalas SMSnya, dia tipe orang yang akan sangat menghargai teman yang membalas SMSnya. Tapi kok abis saya balas itu, saya jadi tiba-tiba going blue ya. Keinget sama satu kata, sahabat. Keinget sama satu kata lagi, teman. Akhirnya saya tidak jadi pergi tidur dan memutuskan untuk sekedar berpikir.

Teman, semua orang butuh teman. Saya juga. Sejarah hidup saya telah membuktikan bahwa banyak orang-orang yang bisa dikategorikan teman di sekitar saya. Mulai dari teman main, teman sekolah, teman les, teman nongkrong, teman kerja, tempat kuliah hingga teman maya yang saya tau di blog maupun Friendster. Teman-teman yang saya miliki tau saya dan saya tau mereka. Teman, kalo menurut saya ya just that, hanya sekedar tau, sekedar kenal, tau sedikit-sedikit, dan tidak melibatkan emosi dan pikiran yang lebih.

Saya, menurut saya dan teman-teman saya, adalah orang yang lumayan supel. Saya gampang untuk membuat hubungan pertemana dengan siapa saja, kapan saja. Even, di sebuah pemilihan Siswa Teladan yang super tegang-pun, saya masih sempat untuk mempuat sebuah koneksi pertemanan. Entah pertemanan itu nantinya difollow-up jadi sebuah koneksi lanjut atau hanya sekedar basa-basi belaka atau mungkin malah menjadi semakin tidak kenal, ya urusan nanti. Pokoknya, saya suka untuk berteman.

Nah, untuk kategori sahabat ini yang rada susah. Menurut saya sih, sahabat itu pasti ada emosi yang ikut dihubungan tersebut. Bukan emosi suka atau cinta sih. Lebih ke arah perhatian, respect, hingga rasa saling memiliki satu sama lain yang kuat. Beberapa teman bisa menjadi sahabat yang baik, menurut saya. Namun, beberapa orang yang saya anggap sahabat, mungkin hanya bisa dijadikan sekedar teman biasa saja.

Untuk masalah sahabat, setiap fase di hidup saya memiliki kisahnya sendiri. Ada sahabat-sahabat yang hingga sekarang masih menjadi orang-orang yang tidak akan saya lupakan, selamanya. Ada yang hilang dan saya ingin membangun persahabatan itu lagi. Hingga ada yang mungkin hanya cocok sebagai teman saja.

Mungkin, seingat saya sih, sahabat pertama saya bernama Evo, lengkapnya Evodious Caesar. Dia adalah salah satu teman TK saya. Mulai dari teman main di TK hingga akhirnya saya dan dia, ternyata, satu SD. Bedanya saya di Assalaam II, dia di Assalaam I. persahabatan itu berlanjut karena persamaan hoby dan lain-lain. Sayangnya, karena jadwal sekolah yang tidak sama, ya begitulah…

Sahabat saya yang lain, Dea. Diani Nurkania, atau yang sering dipanggil mami, adalah sahabat saya mulai kelas 4 SD. Berawal dari teman satu kelas, satu ekskul, satu tempat les, hingga akhirnya saya sering main ke rumahnya. Orang tuanya tau saya. Orang tua saya tau Dea. Dialah tempat curhat-curhatan saya. Tempat saya, kadang-kadang, bisa menjadi saya apa adanya. Bukan saya yang selalu rangking satu. Bukan saya , yang katanya, favorit guru. Sayangnya, saya sudah lama tidak berhubungan dengan Dea. Terakhir ketemu ya di SD, saya pindah dan tidak ada lagi kelanjutannya. I miss her so much. Kabar burung terakhir sih dia di Parahyangan, tapi gak tau juga deh.

Di SMP, saya mungkin tidak punya sahabat. Teman sih banyak, banget. Gak tau aja ya, saya merasa gak cocok sama mereka sebagai sahabat. Mungkin ada seorang teman saya yang deket sama saya, tapi ya gitu saya masih suka kesendirian. Cultural shock juga sih faktornya. Ternyata Pekalongan beda dengan Bandung. Cara berpikirnya serta cara menghadapi sesuatu.

Barulah di SMA saya punya seorang sahabat lagi, malah bukan seorang. Di kelas satu, ada Romy, Febri, Oky, dan Icha. Kami menggila. Kamilah orang-orang pojok yang selalu menggila. Kami saling berbagi. Sayang kelas dua kita pisah. Oky di IPA 1, Febri di IPA 3, Romy di IPA 4, Icha di IPA 6. Saya sendiri di IPA 2. Sampai sekarang kita masih saling berkomunikasi, via FS, via SMA, atau ketemu pas liburan. Icha, Oky, dan Febry di Semarang, Romy di Bogor, dan saya terdampar di Jatinangor.

Dan inilah puncak dari fase persahabatan saya. Orang-orang yang menurut saya irreplaceable di hati saya. Mereka smart. Mereka respect. Mereka peduli. Mereka gila. Dan kami adalah satu. Teman-teman menjuluki kami AK 47. Selau duduk di dua baris terakhir sayap kiri. Berawal dari satu ketidakcocokan dengan seseorang. Awalnya hanya berempat. Saya ikut pindah ke belakang, merasa baris depan bukan habitat saya. Dua orang lagi masuk. Kemudian tambah satu lagi. 2 cewe 6 cowo. Beberapa bilang kami eksklusif, padahal ngak juga. Sona, Tika, Erwin, Eko, Ardy, Pram, Zay, dan saya. Kita saling terbuka dan berbagi. Tidak ada yang saling ditutupi. Saling membantu, termasuk di ujian. Kita menggila, hasilnya satu lagu yang kita jadikan hadiah ulang tahun buat teman kita. Lagu yang bener-bener hasil kerja kita.

Sekarang, saya kangen mereka. Sedih banget pas terakhir kita harus pisah. Saya peluk mereka. Saya men angis. Keinginan kita Cuma satu, suatu saat nanti AK 47 ada lagi, anak-anak kami, mudah-mudahan, menjadi kami. Sona dan Pram di UNDIP. Eko, Zay, Tika di STAN. Erwin di Duta Wacana. Ardy di Atmajaya Yogya. Saya di UNPAD. Yang bisa saya bilang sekarang, I really miss them. Dan air mata mulai keluar dari mata saya . . . .

Lalu sekarang? Mungkin saya masih dalam tahap pencarian siapa sahabat saya berikutnya. Saya harus nyaman dulu dengan mereka. Untuk teman bertukar pikiran juga teman menggila sih ada banyak. Ada Haekal, yang satu pikiran sama saya, hidup UNIVERSALITAS ya kal!!! Ada Irul, orang pertama yang saya kenal di HI UNPAD. Ada Ieya, Ayie, Bima, Gheo, Dhani, Okie, dan segudang nama lainnya. Dan saya masih berharap, di fase hidup saya ini, sahabat akan selalu ada, selamnya.


Switch to : Still There For Me (Corbin Bleu and Vanessa Hudgens )

No comments: